Perjalanan Portugal Nyaris Menjadi Juara Euro 2004: Taktik, Pemain Kunci, dan Momen-Momen Krusial

Table of Contents


Kejuaraan Eropa UEFA 2004 yang berlangsung di Portugal menjadi salah satu turnamen paling mengejutkan dalam sejarah sepak bola. Tuan rumah Portugal, yang tampil impresif sepanjang turnamen, diunggulkan untuk meraih gelar pertama mereka di kancah internasional. Di bawah asuhan pelatih **Luiz Felipe Scolari**, yang membawa Brasil menjuarai Piala Dunia 2002, Portugal datang dengan skuad penuh bintang dan salah satu generasi emas dalam sejarah sepak bola mereka. 

Namun, perjalanan yang nyaris sempurna ini berakhir dengan kekalahan mengejutkan di final melawan Yunani, tim underdog yang menyingkirkan semua rintangan dan berhasil memenangkan trofi. Artikel ini membahas perjalanan Portugal di Euro 2004, taktik yang diterapkan, para pemain kunci, momen-momen dramatis, hingga akhirnya mereka kalah di final.

1. Taktik dan Filosofi Permainan di Bawah Luiz Felipe Scolari

Luiz Felipe Scolari, yang baru setahun mengambil alih tim nasional Portugal, membawa filosofi pragmatis namun tetap menyerang. Scolari dikenal sebagai pelatih yang piawai dalam mengelola pemain berbakat serta menciptakan tim yang memiliki keseimbangan di semua lini. Di Euro 2004, Scolari menerapkan formasi dasar **4-2-3-1** atau **4-4-2**, tergantung pada situasi dan lawan yang dihadapi.

Fokus utama taktik Scolari adalah menyerang dengan memaksimalkan pemain sayap dan kreativitas lini tengah, sementara lini pertahanan dikawal dengan solid oleh para bek yang berpengalaman. **Luis Figo**, kapten tim, adalah bintang utama di sayap kanan dan berperan penting dalam memberikan umpan-umpan matang serta menciptakan peluang. **Deco**, yang baru saja menjadi pemain Portugal setelah menjadi bintang di klub Porto, berperan sebagai gelandang serang dan kreator utama serangan. Sementara itu, **Cristiano Ronaldo**, yang saat itu baru berusia 19 tahun, mulai memperlihatkan potensi luar biasanya di sayap kiri, memberikan kecepatan dan ancaman melalui dribbling serta tendangan keras.

Di lini tengah, Portugal mengandalkan dua gelandang bertahan, **Costinha** dan **Maniche**, yang berperan besar dalam menjaga keseimbangan antara bertahan dan menyerang. Maniche, dengan kemampuan box-to-box-nya, seringkali maju membantu serangan dan mencetak beberapa gol penting sepanjang turnamen. Sedangkan di lini belakang, **Ricardo Carvalho** dan **Jorge Andrade** menjadi duet bek tengah yang solid, dilindungi oleh penjaga gawang berpengalaman, **Ricardo**.

Lini serang Portugal dipimpin oleh **Pauleta**, striker utama yang diharapkan menjadi pencetak gol, meskipun penampilannya sedikit di bawah ekspektasi di turnamen ini. Sebagai gantinya, Portugal banyak mengandalkan gelandang-gelandang serang mereka seperti Figo, Deco, dan Ronaldo untuk mencetak gol.

2. Fase Grup: Awal yang Mengejutkan dan Kebangkitan

Sebagai tuan rumah, Portugal mengawali turnamen dengan penuh harapan dan dukungan besar dari publik. Mereka tergabung di Grup A bersama Yunani, Spanyol, dan Rusia. Pertandingan pembuka melawan Yunani, yang di atas kertas seharusnya menjadi laga yang mudah, berakhir dengan kejutan besar.

**Yunani** tampil sangat terorganisir dan berhasil mengalahkan Portugal 2-1 dalam pertandingan pertama. Yunani mencetak gol pertama melalui **Giorgos Karagounis**, yang memanfaatkan kesalahan lini tengah Portugal di babak pertama, dan kemudian menggandakan keunggulan melalui penalti dari **Angelos Basinas** di babak kedua setelah pelanggaran dari **Paulo Ferreira**. Portugal hanya mampu membalas melalui gol telat Cristiano Ronaldo di masa tambahan waktu, yang menjadi gol pertamanya di turnamen besar. Kekalahan ini membuat Portugal dalam posisi sulit sejak awal turnamen dan memaksa mereka untuk memenangkan dua pertandingan berikutnya.

Portugal merespons dengan baik kekalahan tersebut. Dalam pertandingan kedua melawan Rusia, Portugal menang 2-0 berkat gol dari **Maniche** dan **Rui Costa**, yang masuk sebagai pemain pengganti. Kemenangan ini memberi napas bagi Portugal dan menjaga peluang mereka untuk lolos dari fase grup.

Pertandingan terakhir grup melawan **Spanyol** menjadi penentu nasib Portugal di turnamen. Spanyol, rival berat mereka, hanya membutuhkan hasil imbang untuk lolos, sementara Portugal harus menang. Dalam pertandingan yang sangat menegangkan, **Nuno Gomes**, yang baru dimainkan di babak kedua, mencetak gol krusial di menit ke-57, memberi Portugal kemenangan 1-0 dan memastikan mereka lolos sebagai juara grup. Spanyol, di sisi lain, tersingkir dari turnamen.

3. Perempat Final: Pertandingan Dramatis Melawan Inggris

Di perempat final, Portugal bertemu dengan **Inggris**, yang juga tampil kuat di turnamen ini dengan dipimpin oleh **David Beckham** dan **Michael Owen**. Pertandingan ini berlangsung dramatis dan menjadi salah satu laga paling menarik di Euro 2004.

Inggris memulai pertandingan dengan baik, mencetak gol cepat di menit ketiga melalui Michael Owen setelah kesalahan dari pertahanan Portugal. Owen memanfaatkan bola yang salah diantisipasi oleh Jorge Andrade dan mengonversinya menjadi gol. Namun, Portugal segera mengambil alih kendali permainan dan terus menekan pertahanan Inggris.

Setelah beberapa peluang emas, Portugal akhirnya berhasil menyamakan kedudukan di menit ke-83 melalui sundulan dari **Hélder Postiga**, yang memanfaatkan umpan silang dari Luis Figo. Skor imbang 1-1 bertahan hingga waktu normal habis, dan pertandingan harus dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu.

Di babak perpanjangan waktu, **Rui Costa** membuat publik tuan rumah bersorak setelah mencetak gol spektakuler dari jarak jauh, membawa Portugal unggul 2-1. Namun, Inggris tidak menyerah. **Frank Lampard** menyamakan kedudukan menjadi 2-2 dengan golnya di menit ke-115, memaksa pertandingan harus ditentukan melalui adu penalti.

Di babak adu penalti, Portugal keluar sebagai pemenang. Penjaga gawang Ricardo menjadi pahlawan setelah menepis tendangan penalti dari **Darius Vassell**. Menariknya, Ricardo kemudian maju sebagai eksekutor penalti dan mencetak gol penentu yang mengantarkan Portugal menang 6-5 dalam adu penalti. Kemenangan dramatis ini mengirim Portugal ke semifinal dan menjaga harapan mereka untuk meraih gelar juara tetap hidup.

4. Semifinal: Mengatasi Tantangan Belanda

Di semifinal, Portugal menghadapi **Belanda**, tim kuat yang dipimpin oleh **Edgar Davids**, **Clarence Seedorf**, dan striker muda berbakat **Arjen Robben**. Pertandingan ini berlangsung ketat, tetapi Portugal tampil lebih baik dan menunjukkan bahwa mereka adalah tim yang solid dan sulit dikalahkan.

Portugal memimpin lebih dulu melalui gol **Cristiano Ronaldo** di menit ke-26, yang mencetak gol sundulan setelah menerima umpan sepak pojok dari Deco. Ronaldo, yang semakin bersinar di turnamen ini, menjadi ancaman konstan bagi pertahanan Belanda dengan kecepatan dan kelincahannya.

Di babak kedua, Portugal menggandakan keunggulan melalui gol dari Maniche di menit ke-58. Maniche mencetak gol indah dari luar kotak penalti, bola melengkung masuk ke sudut atas gawang Belanda tanpa bisa dijangkau oleh kiper **Edwin van der Sar**. Meskipun Belanda sempat memperkecil ketertinggalan melalui gol bunuh diri dari Jorge Andrade, Portugal berhasil mempertahankan keunggulan mereka hingga akhir pertandingan dan menang 2-1.

Kemenangan ini membawa Portugal ke final Euro pertama mereka sepanjang sejarah, dan publik Portugal mulai bermimpi bahwa mereka akan segera meraih gelar besar pertama di kandang sendiri.

5. Final: Kekalahan Mengejutkan dari Yunani

Final Euro 2004 mempertemukan kembali Portugal dengan **Yunani**, tim yang mengalahkan mereka di pertandingan pembuka. Yunani, yang tampil sebagai underdog sepanjang turnamen, mengejutkan dunia sepak bola dengan gaya permainan defensif yang sangat disiplin dan terorganisir di bawah pelatih **Otto Rehhagel**. Mereka menyingkirkan Prancis di perempat final dan Republik Ceko di semifinal, mencatatkan sejarah tersendiri dalam perjalanan menuju final.

Dalam pertandingan final yang berlangsung di Estádio da Luz, Lisbon, Portugal diharapkan dapat membalas kekalahan mereka di pertandingan pertama. Tuan rumah memulai dengan lebih agresif, mencoba menekan Yunani sejak awal. Namun, pertahanan Yunani tetap rapat dan sulit ditembus. Para pemain seperti **Traianos Dellas** dan **Angelos Basinas** berhasil meredam serangan dari Ronaldo dan Figo.

Momen krusial terjadi di menit ke-57 ketika Yunani mencetak gol dari situasi bola mati. **Angelos Charisteas** mencetak gol melalui sundulan setelah memanfaatkan tendangan sudut dari Basinas. Gol ini mengejutkan Portugal dan publik tuan rumah, yang tidak menyangka Yunani bisa mencetak gol dalam situasi tersebut.

Setelah gol tersebut, Portugal berusaha keras menyamakan kedudukan. Mereka terus menekan pertahanan Yunani, tetapi upaya demi upaya dari Ronaldo, Figo, dan Deco selalu gagal. Yunani bertahan dengan sangat disiplin, menghalau setiap peluang yang diciptakan Portugal. Hingga peluit akhir berbunyi, Yunani berhasil mempertahankan keunggulan mereka dan menang 1-0.

6. Portugal Gagal Meraih Gelar, Yunani Juara Euro 2004

Kekalahan ini meninggalkan luka mendalam bagi Portugal. Di depan ribuan pendukungnya, mereka gagal meraih gelar yang sangat diidam-idamkan. **Luis Figo**, yang sudah berusia 31 tahun saat itu, harus menerima kenyataan bahwa impiannya untuk membawa Portugal menjadi juara berakhir dengan kekecewaan. **Cristiano Ronaldo**, yang menangis setelah peluit akhir, memperlihatkan betapa besar harapan yang dipikul oleh generasi muda Portugal.

Sementara itu, Yunani membuat salah satu kejutan terbesar dalam sejarah sepak bola. Mereka datang ke turnamen ini sebagai tim yang tidak diunggulkan, tetapi berhasil mengalahkan tim-tim besar dengan gaya permainan defensif yang sangat terorganisir dan taktik jitu Otto Rehhagel. Kemenangan Yunani di Euro 2004 adalah salah satu cerita Cinderella dalam sejarah olahraga, dan mereka menjadi juara Eropa untuk pertama kalinya.

Kesimpulan

Perjalanan Portugal di Euro 2004 menunjukkan bahwa mereka adalah tim dengan kualitas luar biasa, tetapi pada akhirnya mereka gagal mengatasi kejutan dari Yunani di final. Di bawah arahan Luiz Felipe Scolari, Portugal bermain dengan keseimbangan antara serangan dan pertahanan, memanfaatkan pemain-pemain kunci seperti Luis Figo, Deco, Cristiano Ronaldo, dan Maniche. Namun, meski nyaris mencapai puncak, takdir berkata lain, dan Portugal harus puas dengan status sebagai runner-up.

Post a Comment